Fair Play Review : Suarakan Protes Perempuan di Dunia Kerja
Kenapa sulit sekali menerima kinerjaku? Kenapa sulit sekali mengakui bahwa aku lebih baik darimu? -Emily-
Sebenarnya saya nonton Fair Play di Netflix ini ngga sengaja. Awal-awal setelah berhasil menyelesaikan Welcome to Samdal Ri, saya nyari-nyari film yang bisa selesai dalam sekali duduk. Lalu muncullah rekomendasi Fair Play ini di laman Netflix saya.
Ternyata Netflix sudah mengakuisi film Fair Play yang hits di Festival Film Sundance ini.
Baca sinopsisnya tentang dunia kerja, hubungan antara perempuan dan laki-laki, serta bagaimana pekerjaan mereka yang sangat menguras pikiran dan tenaga, akhirnya saya tertarik untuk nonton Fair Play ini.
Luke dan Emily, tokoh utama dalam Film Fair Play (source : New York Times) |
Sinopsis Fair Play
Film dari Amerika ini ternyata sudah dirilis sejak September 2023 lalu. Pemainnya cantik bangettt, cewe idaman lah kalau menurut saya. Namanya Emily yang diperankan oleh Phoebe Dynevor.
Fair Play merupakan film thriller psikologis erotis Amerika yang ditulis sekaligus disutradarai oleh Chloe Domont. Film ini menjadi debut penyutradaraannya dengan menggandeng bintang lain selain Phoebe, seperti Alden Ehrenreich, Eddie Marsan dan juga Rich Sommer.
Awal-awal nonton Fair Play ini kita akan dibawa ke adegan Emily dan Luke yang sedang dimabuk cinta. Layaknya pemuda yang saling jatuh cinta mereka ini tipe-tipe yang word affirmation, saling mengutarakan perasaan dan mengikat janji untuk berkomitmen satu sama lain.
Secara tak sengaja Luke mengutarakan maksudnya untuk melamar Emily dan jadilah saat itu mereka bertunangan.
Namun adegan romantis tersebut tidak bertahan lama. Karena menit-menit selanjutnya kita akan dibawa ke dunia kerja yang didominasi oleh laki-laki dan terkenal bengis. Yes, Emily dan Luke bekerja di satu tempat, di firma yang sama di lingkungan Wall Street, di salah satu perusahaan pengelola investasi ternama di New York.
Namun mereka harus berpura-pura tak mengenal, tak menjalin hubungan, hingga tak ada seorang pun rekan kerja mereka yang tahu bahwa Emily dan Luke adalah sepasang kekasih. Karena hal ini merupakan kebijakan perusahaan yang harus dipatuhi, yakni tidak boleh berkencan dengan teman sekantor.
Dalam kisahnya, saya jadi paham bagaimana perempuan yang bekerja di sana. Diperlakukan seperti apa, dipandang seperti apa dan kinerja sehebat apapun itu akan dipandang sebelah mata oleh rekan-rekan sejawatnya.
Long short story, Emily ini berhasil diangkat sebagai salah satu manajer membawahi banyak analis yang kebetulan berjenis kelamin laki-laki. Gawatnya, Emily menyampaikan rumor yang beredar di circlenya bahwa Lume akan mendapatkan posisi sebagai manajer. Namun siapa sangka ternyata Emily yang mendapatkan posisi tersebut?
Emily juga tak menyangka bahwa dirinya lah yang mendapatkan posisi tersebut. Meskipun Emily harus bertahan dengan gunjingan di belakangnya.
Hal-hal buruk yang juga didengar Luke tentang Emily seperti : Emily mendapatkan posisinya karena meniduri bosnya, dan banyak hal buruk lain sepertinya mulai memengaruhi Luke yang semula memberikan semangat dan selamat untuk prestasi Emily tersebut.
Luke bahkan berubah drastis. Ia mulai menunjukkan keraguannya secara gamblang tentang kelayakan Emily naik jabatan karena kompetensinya, bukan karena kecantikan atau daya tarik seksualnya.
Ketegangan pun muncul hingga pertunangan mereka batal, Luke dipecat dari Wall Street akibat perbuatannya sendiri, dan bagaimana Emily menghadapi semuanya.
Fair Play Mewakili Protes Perempuan di Dunia Kerja
Mungkin tidak hanya di Wall Street, banyak perusahaan di luar sana yang mungkin menganggap sebelah mata pekerjaan karena kita adalah perempuan.
Saya jadi teringat dengan kisah salah seorang teman bloger yang gigih berjuang untuk mengikuti tes CPNS sebagai dosen. Namun harus mengalami kegagalan berkali-kali di sesi wawancaranya.
Kebanyakan dari pertanyaan di sesi wawancara tersebut mengarah pada : peran teman saya sebagai seorang perempuan di rumah maupun di tempat kerja. Apakah ia bisa menghadapi semuanya? Bagaimana anak-anak jika ditinggal ibunya bekerja? Bagaimana urusan rumah jika ditinggal perempuan bekerja? Apakah semua akan baik-baik saja? Seolah perempuan tidak bisa mengaktualisasikan dirinya di tempat yang dia inginkan. Seolah perempuan memang harusnya di rumah saja.
Tidak hanya teman saya, mungkin ada banyak perempuan di luar sana yang terpaksa harus stag, jalan di tempat di karirnya meskipun prestasinya sudah jauh melampaui rekan sejawatnya yang laki-laki. Itulah realita dunia kerja kita, dan saya senang sekali ketika Fair Play mengangkat isu ini.
Dalam film ini kita akan tahu betapa kejamnya persaingan di Wall Street. Tak ada ruang untuk kesalahan sekecil apapun, siapapun yang melakukan kesalahan, harus bersiap untuk ditendang keluar, kapan saja. Tentu saja taruhannya amatlah besar.
Kita juga akan tahu bahwa ternyata industri Wall Street saat ini juga masih didominasi oleh laki-laki. Realita ini ditunjukkan oleh Domont secara teliti namun elegan lewat karakter Emily.
Tak hanya itu, Domont juga berhasil menggambarkan betapa rapuhnya ego laki-laki lewat karakter Luke. Jauh di dalam hatinya ternyata ia tak bisa menerima keunggulan Emily, hingga ia menunjukkan sifatnya yang egois, insecure dan juga seksis. Ego yang rapuh ini justru menjadi racun bagi Luke yang akhirnya dipecat dari pekerjaannya, ia juga harus membatalkan pertunangannya dengan Emily karena perbuatannya sendiri yang sangat kejam pada Emily.
Saya sendiri sampai jijik dengan sikap Luke ini. Betapa laki-laki seperti Luke memang tak layak untuk bersaing secara sehat di dunia pekerjaan. Protes perempuan di dunia kerja menjadi salah satu hal yang saya garis bawahi dari film Fair Play ini.
Hancurnya sebuah hubungan akibat male fragility menjadi hal yang menarik dan jarang kita temui di film-film Barat, namun Fair Play mampu menyuarakannya dengan sangat baik.
Untuk teman-teman yang tertarik nonton, coba tonton dengan suasana yang tenang ya, agar mendapatkan emosinya Emily juga. Semoga artikel ini bermanfaat ya!
Jangan lupa jaga kesehatan mata, jangan terlalu lama nonton Netflix, batasi durasinya maksimal satu atau dua jam saja dalam sehari. Lalu ambil hikmahnya, hheehe.
Post a Comment for "Fair Play Review : Suarakan Protes Perempuan di Dunia Kerja"