Sinopsis dan Review Film Autobiography
Setelah berkeliling festival film di berbagai negara, film Autobiography akhirnya menyapa penonton tanah air sejak Januari tahun ini. Kalaupun tidak sempat menontonnya di bioskop, Teman-Teman tetap bisa menuntaskan rasa penasaran pada film ini dengan menontonnya di platform Amazon Prime Video.
Dalam perjalanannya menjajal berbagai festival film di luar negeri, film Autobiography berhasil menyabet total 18 penghargaan fim dari 29 festival film yang diikuti. Tidak heran, film ini pun menjadi bahan perbincangan di kalangan warganet (khususnya penikmat film).
Sinopsis Film Autobiography
Nama Makbul Mubarak yang sebelumnya lebih aktif dalam menggarap film pendek, melalui Auto biography ia melakukan debut sebagai sutradara film panjang. Selain sebagai sutradara ia juga menempati posisi sebagai penulis naskah film.
Autobiography berkisah tentang Rakib (Kevin Ardilova) dan Purnawinata (Arswendo Bening Swara) yang terikat hubungan antara penjaga rumah/pembantu dengan pemilik rumah yang merupakan seorang jenderal.
Pada suatu hari, Purna kembali ke rumah miliknya yang dijaga oleh Rakib, untuk melakukan kampanye sebagai calon bupat di kampungnyai. Rakib yang belum begitu mengenal sosok jenderal tersebut, tentu sempat merasa kikuk. Terlebih, selain ada jarak kekuasaan, ada perbedaan usia yang sangat jauh di antara mereka.
Selama mendampingi Purna melakukan kampanye dan sosialiasi kepada warga, Rakib yang bisa dibilang menjadi orang terdekat Purna, melihat bahkan ikut terlibat dalam kejadian yang menampilkan betapa mengerikannya abuse of power. Kekuasaan membuat Rakib melihat Purna sebagai sosok yang menakutkan.
Review Film Autobiography
Secara keseluruhan, saya bisa bilang bahwa film ini bergerak lambat. Tempat yang disorot pun tidak begitu banyak. Karenanya, hal tersebut bisa menjadi satu aspek yang membuat penonton gampang bosan.
Autobiography dibintangi oleh sederat aktor ternama indonesia, dari aktor senior seperti Arswendy Bening Swara, Rukman Rosadi, Lukman Sardi, Gunawan Maryanto, Yudi Ahmad Tajudin, hingga pemain muda seperti Kevin Ardilova dan Yusuf Mahardika.
Film ini berangkat dari isu yang begitu dekat, tentang relasi kuasa yang menggerus nilai kemanusiaan. Dalam beberapa waktu terakhir, kita bahkan bisa menyaksikan bagaimana kabar peristiwa hukum mengangkat fenomena tersebut. Ketika seseorang yang punya kuasa, uang, dan jabatan, merasa berhak melakukan banyak hal, termasuk menghilangkan nyawa.
Sejak kemunculan Arswendy Bening Swara sebagai Purna sang majikan, suasana mencekam dalam sebuah film sudah langsung terjadi. Suaranya yang berat, menghadirkan rasa tidak nyaman. Sepanjang film pun, yang lebih banyak disorot memang hubungan antara Purna dengan Rakib. Dari yang awalnya berjarak, membangun kedekatan, dekat, hingga akhirnya kembali berjarak.
Saya rasa, kita sebagai warga Indonesia sangat akrab dengan tema maupun isu yang diangkat dalam film ini. Terlebih dalam suasana menjelang pemilihan umum. Wajah-wajah manis dengan mulut yang menjual senyum dan janji, terpampang di mana-mana. Dalam beberapa kisah lampau, kita bahkan tahu ada orang-orang yang dibungkam karena berusaha melawan.
Poin itulah yang kemudian saya tangkap sebagai salah satu nilai yang menarik dari film ini. Jika biasanya film dengan isu serupa menggunakan latar masa orde baru, Autobiography justru hadir berbeda dengan latar tahun 2017.
Film ini tampak tenang dan menakutkan dalam waktu yang nyaris bersamaan. Sosok Purna tidak bertampang garang dan kejam. Namun, suaranya yang berat dan tajam, mampu menyihir suasana dan orang-orang di sekitarnya menjadi seperti apa yang ia mau. Bahkan, penggambaran arti kata maaf yang terlontar dari mulutnya pun terasa seperti sebuah hukuman alih-alih sebuah nasihat. Purna benar-benar menempatkan jabatan dan kekuasaan di atas kemanusian orang-orang di sekitarnya. Kekuasaan yang ia punya membuatnya merasa punya hak atas tubuh dan nyawa orang lain.
Dari segi kemampuan akting para aktor yang berperan, perhatian saya tertuju pada dua bintang muda dalam film ini, yaitu kevin Ardilova dan yusuf Mahardika. Kevin tampil dengan performa yang patut dipuji. Ekspresi takut, sungkan, putus asa, merasa bersalah, bahkan tengil meski dalam waktu yang singkat, ditampilkan dengan sangat meyakinkan. Sebagai penonton, mudah untuk saya merasakan apa yang Rakib rasakan.
Pun demikian dengan Yusuf Mahardika. Ia tampil singkat, tetapi sangat berperan penting dalam bagian ketegangan dari film ini. Wajahnya yang tampak malu, takut, dan kesal ketika sedang berusaha memperjuangkan haknya, masih menempel dalam ingatan saya hinga film ini berakhir.
Pada akhirnya, film ini memang punya rasa yang berbeda. Konflik dan ketegangannya tampil dalam suasana yang tidak begitu riuh. Berjalan tenang tanpa dialog dengan nada tinggi dan tanpa adegan kekerasan yang tampil brutal.
Autobigraphy, film indonesia yang menyentil isu kekuasaan yang begitu relate dengan kehidupan sehari-hari.
Simak review film lainnya di sini yuk!
Author: UtamyNingsih
Post a Comment for "Sinopsis dan Review Film Autobiography"