Ali dan Ratu Ratu Queens Full Movie. Perempuan, Impian, dan Keluarga
Ali dan Ratu-Ratu Queens ini film Indonesia pertama yang bikin saya nangis misek-misek mbesesek di tahun 2021. Setelah Keluarga Cemara, Cek Toko Sebelah, lalu Ali dan Ratu-Ratu Queens. Rasanya bisa mengobati rasa kecewa dalam hati karena beberapa kali sinema di channel ikan terbang bikin emosi. Sampai saya berpikir, duh gimana ya nasib masa depan perfilman di Indonesia?
Sampai akhirnya nemu film ini karena melihat salah satu unggahan teman instagram. Mbak Sica, merekomendasikan Ali dan Ratu-Ratu Queens. Karena tulisan Mbak Sica hampir selalu saya kagumi, jadilah saya segera mencari film ini di Netflix.
source : voi |
Sinopsis Ali dan Ratu-Ratu Queens
Scene dibuka dengan kedekatan Ali dan Ibunya, Mia yang sangat cinta dengan piano dan bernyanyi. Sedangkan Ali, sangat suka menggambar. Ali begitu menyayangi ibunya. Ya gimana engga sih? Mana ada anak yang tidak sayang ibunya ya kan?
Namun terlihat jelas perasaan Ali, sampai-sampai ia terus mengenang impian ibunya agar bisa menjadi penyanyi di New York, Amerika Serikat dalam gambarnya. Saat Ali berusia lima tahun, ibunya terpaksa pamit untuk pergi ke New York, mengejar impiannya, katanya.
Ayah Ali memberikan waktu pada istrinya, 6 bulan. Untuk mengejar mimpi itu. Sementara Ali diurus oleh ayahnya seorang diri.
Namun siapa sangka setelah 6 bulan impian yang dijanjikan akan menjadi batu loncatan bagi Mia, ternyata tak kunjung datang. Ya iyalah, 6 bulan mau mencapai impian, di kota besar macam New York lagi? Kalau ngga punya koneksi pasti susah sih. Harusnya Mia memikirkan itu juga, atau mungkin sudah mempertimbangkan namun tak menjadi prioritas baginya untuk dipikirkan?
Mia pun meminta waktu lagi pada suaminya dan berjanji akan segera kembali ke Indonesia. Namun Ayah Ali tak mau memberikan izin itu.
Hari demi hari, Ali menunggu kepulangan Ibunya. Namun pada akhirnya, Ali lah yang menemukan Ayahnya terbujur kaku di dapur karena serangan stroke. Ali kini tak punya siapapun, meskipun ada budhe dan sepupunya yang selalu memerhatikan Ali.
Kenyataan yang ditemukan Ali setelah Ayahnya meninggal adalah ada tiket yang dikirimkan ibunya untuk Ayahnya dan dirinya. Tiket menuju New York, belasan tahun silam. Juga surat agar Ayahnya dan Ali menyusul Ibunya kesana.
Namun siapa sangka Ali tak tahu menahu soal ini. Ayahnya menyembunyikan surat-surat itu dari Ali, sampai ia wafat. Akhirnya Ali bersikeras untuk menyusul ibunya dengan berbekal uang hasil mengontrakkan rumah peninggalan ayahnya.
Ada banyak tanya dalam hati Ali. Ada rindu yang membuncah dalam hatinya. Ada penjelasan yang ingin ia dapatkan dari ibunya. Sedekat apapun Ali dengan keluarga ayahnya, tetap tak ada yang bisa menggantikan sosok ibu dalam hatinya.
Terbanglah Ali ke Amerika atas izin budhenya. Mulanya, budhe nya hanya memberikan izin Ali untuk pergi ke New York selama 2 minggu saja. Namun siapa sangka, Ali ingin lebih lama di kota itu. Kota yang membawa ibunya pergi jauh dari hidupnya. Kota yang menemukan Ali dengan orang-orang asing namun menganggap Ali sebagai keluarganya.
Pemeran Ali dan Ratu-Ratu Queens
Diperankan oleh Iqbaal Ramadhan, Nirina Zubir, Asri Welas, Tika Panggabean, Happy Salma, Aurora Ribero, Marissa Anita, Bayu Skak, Cut Mini dan Ibnu Jamil menjadikan Ali dan Ratu-Ratu Queens yang saya rekomendasikan untuk ditonton oleh teman curhat sekalian.
Nonton Ali dan Ratu Ratu Queens sub indo bisa teman curhat dapatkan di Netflix ya. Langganannya juga murah kok. Jadi jangan nonton yang bajakan ya, hehe..
Dukung industri perfilman Indonesia dengan tidak nonton yang bajakan.
Iqbaal Ramadhan berperan sebagai Ali. Pesonanya masih belum bisa hilang, kemampuan aktingnya juga makin keren. Saya jadi malu dulu pernah ngatain Iqbaal, wkwk.
Ditambah dengan Bayu Skak, salah satu aktor yang saya suka juga karena lucunya yang natural. Apalagi karena kami sama-sama berasal dari Kota Malang. hihi.. Ngga rugi Ali dan Ratu-Ratu Queens memberi peran pada Bayu Skak sebagai sepupu Ali yang konyol.
Ditambah Cut Mini yang sudah malang melintang di dunia perfilman. Apalagi saat beliau bilang pada Ali :
Wes, benar-benar membuat saya tertawa sekaligus geli. Sebenarnya sesimple itu keinginan orangtua untuk kita. Patuhi apa yang diperintahkan agama, dan jauhi apa yang dilarang oleh agama. Begitu saja jika ingin hidup berkah bahagia ya kan. Sesimple tidak memakan daging babi untuk yang Muslim.
Pesan yang simple, tapi ngena di hati menurut saya. Entah bagaimana menurut generasi muda lainnya.
Ali dan Ratu-Ratu Queens : Tentang Perempuan, Impian dan Keluarga
Menyelesaikan film ini seperti naik roller coaster. Ada kalanya saya dibuat tertawa karena tingkah lucu Bayu Skak yang berperan sebagai sepupu Ali, budhenya, sampai tingkah Ayu Panggabean yang berperan sebagai tante Ance.
Sejak awal, saya sudah tidak setuju dengan sikap Mia, ibu Ali yang meninggalkan anaknya demi impiannya. Meskipun dalam hati saya juga menyetujui apa yang dilakukannya juga untuk impiannya itu. Lha kok? Bingung dong?
Ya, sebagai seorang wanita kita memang akan dihadapkan pada hal-hal demikian setelah menikah. Dulu saat SMA saya punya impian untuk menjadi seorang peneliti. Saya suka sekali menghabiskan waktu di laboratorium, menggambar apa yang saya lihat di mikroskop, kemudian melaporkannya dalam sebuah kertas.
Saya juga ingin sekolah setinggi-tingginya. Kalau bisa sampai jadi profesor. Untuk apa? Ya karena saya sangat suka belajar. Saya rindu ketika harus mengerjakan soal ujian di kelas. Saya rindu presentasi di hadapan teman-teman sekelas. Saya rindu bagaimana rasanya jantung ini berpacu dengan detik jam dinding di ruang ujian.
Namun setelah menikah saya sadar impian itu harus saya relakan untuk ditunda. Ditunda ya, bukan dibuang.
Perempuan memang harus memilih. Dulu, bulan-bulan awal memiliki bayi, saya masih sering berpikir, duh kenapa hidup seperti ini? Saya jadi ngga bisa belajar dan melakukan hal lain yang saya suka seperti dulu.
Namun teman curhat pasti juga akan merasakan betapa meninggalkan anak adalah hal yang paling berat untuk kita lakukan. Untuk alasan apapun itu. Bahkan dalam beberapa waktu terakhir ini saya ingin melepas pekerjaan saya saat ini. Mencoba menerima takdir sekaligus amanah yang diberikan pada kita sebagai seorang ibu.
Kita bisa menunda impian itu kok. Masa kecil anak-anak tidak akan terulang kan?
Seiring dengan bertambahnya usia saya jadi memahami tentang mimpi yang tertunda itu. Saya berpikir, jangan sampai saya merasa bersalah pada diri sendiri dan juga anak saya karena ia pernah saya tinggalkan karena alasan mimpi.
Ketika Mia, ibu Ali mengatakan pada suaminya :
Mas ngga pernah ngertiin aku. Mas ngga pernah mendukung mimpiku.
Ya Tuhan, bukankah itu berlebihan? Bukankah saat itu Mia dan suaminya sudah memiliki tanggung jawab yang tak boleh ditinggalkan? Apakah Mia pernah memikirkan apa impian suaminya? Apakah Mia pernah mencoba untuk mengerti suaminya?
Anak-anak itu kan harusnya tumbuh dengan kasih sayang Ayah dan Ibu, bukan ayah saja atau ibu saja.
Kalau salah satu diantara keduanya tidak mau bekerja sama, tentu anak tidak akan mendapatkan rasa aman di rumahnya. Beruntung Ali besar dan tumbuh dengan sangat baik. Ia pun menjadi anak yang pintar dan sopan. Beruntung Ali memiliki budhe dan sepupu yang selalu ada untuknya. Kalau tidak, mungkin saja nasib Ali akan sama dengan anak-anak yang melakukan kenakalan remaja dengan dalih broken home sejak kecil.
Pada akhirnya, anak-anaklah yang harus menderita. Menanggung keegoisan manusia-manusia yang tidak siap menjadi orangtua.
Izin enam bulan saja rasanya sungguh berat kalau untuk saya. Terlebih kita meninggalkan anak kecil di sana, tanpa kasih sayang ibu. Jauh di negeri orang lagi.
Jangankan enam bulan, kadang ketika saya harus dinas ke luar kota 3 hari 2 malam saja perasaan bersalah menghantui terus menerus sampai bisa memeluk anak saya kembali.
Namun semua memang kembali pada diri masing-masing sih. Kalaupun ada seorang Ibu yang terpaksa meninggalkan anaknya bertahun-tahun karena memang menjadi tulang punggung keluarga, mungkin ia memiliki alasan cukup kuat untuk itu. Namun untuk kasus Ali, saya tetap menjadi antifans Mia meskipun pada akhirnya Ali tetap memaafkan ibunya dalam film Ali dan Ratu-Ratu Queens.
Keluarga Ratu-Ratu Queens
Nah, sekarang kita berbicara soal keluarga yang disatukan bukan karena ikatan darah. Ratu-ratu Queens dalam film ini adalah nama restoran yang digarap oleh keluarga baru Ali di New York. Restoran khas Indonesia yang menjadi keluarga baru Ali. Dirintis bersama-sama, dibangun bersama-sama dan akan dikembangkan bersama-sama pula.
Di sinilah Ali menemukan arti keluarga yang sesungguhnya.
Ali pikir Mama satu-satunya yang bisa membuat Ali bahagia. Mungkin itu sebabnya Ali pergi ke sini, dari Indonesia. Ke New York. Ke Kota yang Mama cintai lebih dari Ali. Kota yang punya banyak jalan satu arah. Sampai di sini membuat Ali makin yakin bahwa Ali benar.
Kalau mama satu-satunya yang Ali butuhkan agar Ali jadi bahagia. Tapi ternyata mencoba memahami Mama membuat Ali memaafkan Mama. Mengerti Mama membuat Ali paham mengapa Mama jatuh cinta dengan kota ini. Di New York ada banyak plang satu arah, tapi juga menyediakan banyak jalan untuk menjadi diri sendiri.
Ali beruntung kenal rumah ini. Rumah yang menerima seisinya apa adanya. Rumah yang menampung semua mimpi anggota keluarganya dengan optimis. Karena tak ada orang yang sempurna, tak ada mimpi yang sempurna. Namun selalu ada proses yang membahagiakan, saat kita berusaha untuk mau menerima.
Ma, ada banyak jalan untuk diterima. Seperti ada banyak jalan kita untuk dikecewakan. Ada banyak jalan untuk kita menjadi satu keluarga, seperti ada banyak jalan untuk mencintai dan jadi diri sendiri.
Pada bagian ini, nonton film Ali dan Ratu-Ratu Queens bikin saya mewek sejadi-jadinya. Saya menjadi sensitif dan ingat dengan mimpi-mimpi saya dulu. Kepingan puzzle mimpi demi mimpi yang belum tercapai datang bersamaan dengan senyum anak saya yang membuat hati hangat.
Bersyukur pada Allah, segala hal yang ditakdirkan untuk saya memang untuk kebaikan diri sendiri dan menambah kuat pijakan kaki saya di dunia ini.
Untuk ibu yang membesarkan anaknya, merelakan mimpi-mimpinya, semoga selalu berbahagia dan mendapatkan balasan dari Allah dengan sebaik-baik balasan :)
Jadi pengen nonton...
ReplyDeleteHihi, nonton yuk mbaaa
DeleteJadi pengen nonton...
ReplyDeleteAku wes nonton juga di netflix dong hahaha pamer bagian yang bikin aku nyesek waktu Mia nutup pintu pas Ali datang kali pertama duh apalagi rendangnya udah dimasakin gitu..gmn kagak marah2 tante2nya hahaha
ReplyDeleteNah itu juga nyesek sihh. Ali tuh punya hati seluas sungai barito yah kayaknya. Kalau aku jadi Ali udah pasti pulang ke Indo soalnya huhuhu
DeleteJadi kebawak cerita walau singkat.. Duhh nonton ah :D
ReplyDeletejadi penasaran dengan akting ikbal dan marissa anita...kayaknya agak bikin berderai air mata ya ceritanya...perjuangan seorang anak lelaki yang beranjak remaja mencari ibunya hiks #tissue mana tissue heheh
ReplyDeleteAku udah beberapa kali baca reviewnya, pengen nonton tapi selalu lupa. Baru inget waktu baca review gini. Kayaknya harus siap-siap tisu ya kak?
ReplyDelete